CILACAP – Invesasi untuk optimalisasi Rawa Bendungan dinilai sangat layak dilakukan. Tidak hanya dari aspek keuangan, tetapi juga dari aspek pasar yang memiliki prospek yang sangat baik. Wakil Bupati Cilacap Syamsul Aulia Rachman mengungkapkan, berdasakan analisis keuangan, Internal Rate of Return (IRR) pada investasi pengembangan Rawa Bendungan sebesar 38,75 %. Dengan angka tersebut, Break Event Point (BEP) seluruh investasi tersebut dapat kembali dalam waktu 3 tahun 12 hari.
“Di Rawa Bendungan saat ini hanya terdapat karamba karamba yang dimiliki perorangan. Kita akan menata kawasan itu mengacu pada Floating Market di daerah Lembang, Bandung. Di sana bagus sekali”, kata Syamsul.
Dijelaskan, berdasarkan kajian Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPT SP) Kabupaten Cilacap, luas Rawa Bendungan sekitar 125 hektar dan baru 10 % yang dimanfaatkan. Sebelum melangkah kearah optimalisasi dan pemanfaatan, Badan Perencanaan, Penelitian dan Pengembangan Daerah (Bappelitbangda) Kabupaten Cilacap diminta berkoordinasi dengan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Serayu Opak untuk mengetahui status tanah kawasan itu.
“Pada 2017 Bappelitbangda sudah berupaya melihat status kepemilikan tanahnya. Ada yang merupakan tanah eks bengkok dan tanah masyarakat. Kita akan arahkan pengembangannya ke sektor pariwisata yang endingnya juga dikelola perusahaan daerah”, tegasnya.
Nantinya, Rawa Bendungan akan diproyeksikan sebagai pusat kuliner, rekreasi, dan budidaya ikan. Agar lebih terarah, pengelolaannya akan diserahkan pada Perusda Serba Usaha, yang khusus menangani pariwisata. Pembentukan Perusda Serba Usaha telah diatur dalam Peraturan Daerah Nomor 16 Tahun 2014. Saat ini Pemkab Cilacap tengah menyelesaikan Peraturan Bupati sebagai turunan aturan tersebut. Setelah Perbup siap, Pemkab Cilacap akan mulai mengisi struktur Perusda yang ada.
“Akhir tahun ini target kami sudah ada penyertaan modal sehingga 2019 bisa action”, pungkas Syamsul.(dony)