CILACAP – Kabupaten Cilacap balita penderita stunting diketahui ternyata jumlahnya cukup mencengangkan. Yakni dari hasil penimbangan serentak yang dilakukan di Puskesmas se-Kabupaten Cilacap tahun 2019, didapati ada sebanyak 6.152 balita (4,86%) mengalami stunting.
Stunting adalah masalah gizi kronis pada balita yang ditandai dengan tinggi badan yang lebih pendek dibandingkan anak seusianya. Dampak lainnya, anak yang menderita stunting akan lebih rentan terhadap penyakit dan ketika dewasa berisiko untuk mengidap penyakit degeneratif. Bahkan stunting dinilai dapat mempengaruhi tingkat kecerdasan anak.
Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Dinas Kesehatan Cilacap, dr. Pramesti Griana Dewi, M.Kes., M.Si , pada pembukaan kegiatan orientasi strategi Komunikasi dan KAP, di Aula pertemuan Dinkes Cilacap, Senin (24/02).
Lebih lanjut, pihaknya megungkapkan, persoalan stunting tidak hanya sebatas pemberian asupan gizi yang tidak sesuai, namun disebabkan juga karena masyarakat belum berperilaku hidup bersih dan sehat. Kemudian pola asuh yang kurang tepat, lingkungan tempat tinggal yang kurang bersih, maupun sanitasi rumah yang belum baik.
“Oleh karenanya, Pemkab Cilacap melalui Dinas Kesehatan kembali mendorong berbagai program kerjanya untuk mengatasi permasalahan stunting yang dinilai memang cukup kompleks. Salah satunya dengan menggandeng Kementerian Kesehatan Republik Indonesia melalui Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat, untuk menjadi narasumber dan membekali petugas kesehatan dan kader dengan ilmu pengetahuan terkait komunikasi antar pribadi kepada sasaran,” ungkap dr. Pramesti Griana Dewi, M.Kes., M.Si.
Dijelaskan, kegiatan orientasi tersebut secara teknis sesuai dengan dokumen Strategi Nasional Percepatan Pencegahan Stunting Periode 2019 – 2024.
Diantaranya pada tahun 2024, ditargetkan ada 80% tenaga kesehatan di puskesmas yang mendapatkan orientasi komunikasi antar pribadi, dan 30 % kader kesehatan mendapatkan orientasi komunikasi antar pribadi. Sehingga pada ditahun 2024, 80% tenaga kesehatan di puskesmas mampu memberikan layanan kesehatan melalui komunikasi antar pribadi kepada kelompok sasaran.
“Semoga orientasi ini dapat berjalan dengan lancar dan mendapat hasil yang baik sesuai harapan. Kami juga berharap kepada seluruh peserta dalam hal ini tenaga kesehatan Puskesmas dan kader mampu menjalankannya dengan optimal. Sehingga nantinya perubahan perilaku dalam penanggulangan dan pencegahan stunting di Kabupaten Cilacap dapat terwujud,” kata dr. Pramesti.
Sementara kepala Seksi Promosi Kesehatan, Kemitraan dan Pemberdayaan Masyarakat, Sri Mulyati, S.KM menjelaskan peserta orientasi merupakan tenaga kesehatan. Yakni terdiri dari 76 orang Bidan Desa yang dibagi menjadi 2 angkatan, atau masing-masing 38 orang. Dan untuk 38 lainnya merupakan petugas gizi. Sedangkan dari kalangan kader kesehatan, ada sebanyak 225 orang di 5 Kecamatan yang menjadi Lokus Stunting, dengan masing-masing angkatan terdiri dari 45 orang.
“Dari 269 Desa di dan 15 Kelurahan di Kabupaten Cilacap, ada 10 Desa yang masuk dalam kategori Lokasi Khusus atau Lokus. Mencakup Tambakreja Kecamatan Kedungreja, Kawunganten Lor Kecamatan Kawunganten, Desa Brani, Paketingan dan Karangasem Kecamatan Sampang. Kemudian Karangmangu, Pucung Lor, Bajing Kulon Kecamatan Kroya dan Desa Sidayu, Desa Karangnangka Kecamatan Binangun,” jelasnya.
Sri Mulyati menambahkan, utk kegiatan orientasi petugas dan kader kesehatan berlangsung di D’Plataran dan Akbid, materi selama pelatihan disampaikan fasilitator dari Kementerian Kesehatan RI yakni Theresia Irawati,SKM,M.Kes dan Umarjono Hadi,S.Sn.(Arin/Kominfo).